• Office : 021.849.340.69 - Hp: 0812.805.1022 - Email: bacatulisfonem@gmail.com

Frequently Asked Question

Daftar Pertanyaan yang sering diajukan

1. Apakah arti kata fonem ?

fonem adalah bunyi yang terkecil dari suatu bahasa. Belajar baca tulis adalah belajar bahasa. Jadi dengan pendekatan bunyi yang terkecil dari suatu bahasa siswa menjadi lebih mudah dalam pengenalan baca.

2. Ada berapa modul atau level di fonem ? Berapa lama seorang siswa bisa baca bila ia belajar baca di fonem?

fonem memberikan jaminan dengan 8 X pertemuan, siswa dijamin bisa baca. Tentu saja jaminan ini bisa diberikan bila siswa diketahui kemampuannya terlebih dahulu melalui assessment test. Bila hasil assessment test siswa tidak bisa dijamin maka siswa dibimbing sampai bisa baca sesuai dengan kemampuan dan kesiapannya masing-masing. Ada 3 modul di fonem, A-B-C yang bisa diselesaikan dalam 6 bulan. Modul A menekankan bisa baca, modul B, baca lebih baik, modul C menekankan pada kemahiran baca sehingga siswa mampu menjadi seorang Jawara Baca.

3. Setelah modul C apakah siswa bisa melanjutkan belajar ? Apa nama level atau modulnya?

Bila modul C telah selesai, siswa bisa terus melanjutkan belajar fonem dalam kelas remedial, atau kelas pengayaan. Sehingga nantinya siswa terus diperkaya kemampuannya dalam memahami dan menganalisa isi bacaan.

4. Apakah pasti jaminan 8 X pertemuan siswa bisa baca ?

Ya pasti. Jaminan bisa baca 8 X pertemuan bisa diberikan pada siswa dengan sebelumnya siswa melewati assessment test. Dengan assessment test Pelatih Baca akan mengetahui apakah siswa sudah sampai tahap mampu didik atau pra didik. Bila siswa masih ditahap pra didik maka jaminan tidak bisa diberikan. Tahap mampu didik maksudnya siswa sudah mampu memberikan kontak mata, perhatian, konsentrasi, kemampuan verbal dan ketaatan pada instruksi. Bila satu dari lima syarat belum matang maka siswa masih ada ditahpa pra didik dan belum bisa diberikan jaminan.

5. Mengapa fonem tidak mengajarkan siswa hafal alfabeth a – z terlebih dahulu dan kapan siswa diperkenalkan dengan alfabet secara urut dari a – z ?

Hafal alfabet dari a – z belum menjamin siswa bisa baca. Karena fonem menekankan bisa baca dalam waktu yang relatif singkat maka hal ini tidak ditekankan. Tetapi siswa mampu hafal alfabet bersamaan dengan mengetahui huruf melalui permainan. Urutan abjad baru diperkenalkan pada pertemuan terakhir modul C.

6. Metode pengajaran lain selalu memperkenalkan huruf besar pada awal pengajaran. Kenapa fonem tidak mengajarkan huruf besar dari awalnya ?

Huruf besar sifatnya kondisional, maksudnya huruf besar muncul dengan kondisi-kondisi tertentu. Huruf besar muncul pada awal kalimat dan nama. Maka fonem memandang huruf besar tidak terlalu penting untuk diajarkan pada awal pengajaran. Pada lain pihak huruf kecil lebih banyak munculnya dan buku cerita anak ditulis dalam huruf kecil.

7. Apa jenis huruf yang dipakai fonem ? Kenapa huruf yang dipakai di fonem berbeda dengan huruf yang dipakai di sekolah atau buku-buku belajar baca tulis lainnya. ?

Huruf yang dipakai fonem adalah century gothic atau avant garde. Kedua jenis huruf ini sengaja dipilih karena ini adalah huruf standar dan mudah dalam mengajarkan baca. Pemaikaian jenis huruf ini adalah huruf cetak yang juga merupakan dasar menulis tegak bersambung, atau menulis tebal tipis, atau menulis halus.

8. Kenapa fonem menekankan mengajarkan huruf, kalimat bentuk huruf dan bunyi huruf ?

Huruf adalah sesuatu yang abstrak dalam benak siswa. Kewajiban Pelatih Baca (PB) dalam mengajar baca adalah memindahkan persepsi visual abstrak kepada persepsi visual konkrit. Upaya ini lebih mudah dilakukan dengan suatu pendekatan visual imajinatif yaitu dengan memakai kalimat bentuk huruf dan bunyi dalam pengajarannya.

9. Kapan siswa diajarkan tanda baca ?

Tanda baca adalah rambu dari irama baca. fonem mengajarkan tanda baca pada akhir modul C. Dari awal siswa tidak diperkenalkan tanda baca karena kemampuan membaca dengan berirama (impresif) yang terlebih dahulu diajarkan. Bila siswa sudah bisa membaca dengan baik maka dengan sendirinya dia memahami simbol dari suatu irama baca. Simbol ini adalah rambu-rambu saat siswa membaca.

10. Apakah program fonem bisa untuk anak berkebutuhan khusus ?

Pada prinsipnya program fonem bisa diajarkan pada setiap anak. Bila fonem diajarkan pada anak berkebutuhan khusus maka harus dilakukan secara terpadu dengan berbagai pendekatan, yang ditentukan melalui assessment yang mendalam. Dari assessment ini akan dibuatkan Individual Educational Program (I E P).

11. Apa keunggulan fonem dari metode baca tulis lain ?

fonem memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan metode baca tulis konvensional. Pertama pendekatan fonem dalam mengajarkan baca adalah dengan penekanan otak kanan. Sehingga fonem tidak mengajarkan anak baca dengan mengeja, menghafal yang merupakan kekuatan otak kiri. fonem menekankan pada kemampuan visual imajinatif dan bunyi yang merupakan kekuatan otak kanan. fonem juga mencari dan mengatasi reading disabilities (kelemahan baca ) siswa sebelum dia belajar baca tulis, melaui assessment test.

12. Apakah siswa yang sudah bisa baca tapi masih terbata-bata bisa ditangani dengan fonem ?

Siswa yang membaca terbata-bata biasanya belajar baca dengan pendekatan eja atau hafal suku kata. Bila ia ingin melancarkan baca maka cukup dilakukan dengan membuat ia “hafal” bunyi dari huruf-huruf dan suku kata yang masih diejanya.

13. Mana yang lebih dahulu diajarkan dalam fonem, baca dulu atau tulis dulu ?

fonem mengajarkan baca tulis. Bukan mengajarkan baca saja atau mengajarkan tulis saja. Maka dalam proses pembelajaran fonem mengajarkan baca tulis secara bersama-sama. Setiap siswa mengenal dan membunyikan satu huruf maka ia langsung menulis huruf tersebut. Jadi fonem mengajarkan baca tulis secara bersamaan.

14. Bagaimana sistem pengajaran fonem di kelas ? Satu siswa satu guru atau satu guru beberapa siswa ? Atau dengan kata lain klasikal atau individual ?

Dalam proses belajar baca tulis, fonem memakai pola semi individual. Maksudnya bisa saja satu guru satu siswa minimal, sampai satu guru tiga orang siswa maksimal. Pendekatan ini dipakai untuk memudahkan guru mengenal siswa secara mendalam demi mengoptimalkan kemampuan belajar siswa.